A.
Pengertian Hadits Hasan
Arti Hasan Secara Bahasa:
Kata الحَسَنُ – hasan – adalah isim musyabbahah dari
الحَسَنُ dengan makna الجَمَال yang artinya indah, bagus.
Definisi Hadits Hasan Secara Istilah
Secara istilah ilmu hadits, pengertian
hadits hasan mencakup beberapa definisi seperti berikut ini:
Menurut At-Tirmidzi, hadits hasan adalah:
كل
حديث يُروى لا يكون في إسناده من يتَّهم بالكذب، ولا يكون الحديث شاذًّا، ويُروى
من غير وجه نحو ذاك
”Setiap hadits yang diriwayatkan dan
tidak terdapat pada sanadnya perawi yang pendusta dan hadits tersebut tidak
syadz, serta diriwayatkan pula melalui jalan yang lain.”
Definisi yang dianggap baik menurut
Ath-Thahan adalah definisi yang dikemukakan oleh Ibnu Hajar, yaitu sebagai
berikut:
هو
ما اتصل سنده بنقل العدل الذي خف ضبطه، عن مثله إلى منتهاه، من غير شذوذ ولا علة
”Hadits yang bersambung sanadnya dengan
periwayatan perawi yang adil, ringan (kurang) ke dhabit-annya, dari perawi yang
sama (kualitas) dengannya, sampai ke akhir sanad, tidak syadz dan
tidak ber-‘illat.”
Berdasarkan definisi-definisi di atas,
para ulama hadits merumuskan bahwa kriteria hadits hasan adalah sama dengan
hadits shahih kecuali pada hadits hasan terdapat perawi yang tingkat ke
dhabit-annya kurang atau lebih rendah dari yang dimiliki oleh perawi hadits
shahih.
Oleh
karenanya, Ibnu Hajar menegaskan bahwa hadits hasan adalah hadits shahih yang
perawinya memiliki sifat dhabith yang lebih rendah dari yang dimiliki oleh
perawi hadits shahih.
B.
Kriteria Hadits Hasan
Kriteria hadits
hasan hampir sama dengan hadits shahih. Perbedaannya hanya
terletak pada sisi kedhabithannya.
Matan Mandzhumah al-Baiquniyyah:
٥ – وَالْحَسَنُ الْمَعْرُوفُ طُرْقاً وَغَدَتْ … رِجَالُهُ لاَ
كَالصَّحِيحِ اشْتَهَرَتْ
“Dan (hadits) hasan adalah yang dikenal jalur periwayatannya
dan masyhur…(namun) para perawinya tidak seperti (dalam hadits) shahih (dalam
kekokohan)”
Kriteria-kriteria hadits hasan
dibagi menjadi lima, yakni:
1.
Periwayat
(sanad) bersambung.
Yang dimaksudkan dengan sanad bersambung ialah sanad yang selamat
dari keguguran. Dengan kata lain, tiap-tiap periwayat dapat saling bertemu dan
menerima secara langsung dari guru yang memberi. Keadaan bersambung sanad ini
berlaku dari awal sanad, thabaqat pertama (yakni sahabat) hingga kepada
periwayat terakhir yang menuliskan hadis tersebut ke dalam kitabnya dengan
menyebutkan nama-nama periwayat sebelumnya dari thabaqat ke thabaqat tanpa
tertinggal walaupun seorang periwayat (tidak terputus).Jadi, mulai dari
periwayat pertama hadis pada tingkatan sahabat sampai kepada periwayat terakhir
atau mukharrij, terdapat ketersambungan dalam periwayatan.
2.
Diriwayatkan
oleh rawi yang adil.
Mengenai masalah keadilan seorang periwayat, maka menurut Syuhudi
Ismail dapat diakumulasi dalam empat kriteria, yaitu: a) beragama Islam, b)
mukallaf, c) melaksanakan ketentuan agama, d) memelihara muru’ah.
3.
Diriwayatkan oleh rawi
yang hafal (dhabith), tetapi tingkat kehafalannya masih di bawah hadits
shahih.
4.
Tidak bertentangan dengan hadits dengan rawi
yang tingkat dipercayanya lebih tinggi atau Al-Qur'an.
Menurut Imam al-Syafi’iy, hadis tidak mengandung syadz adalah hadis
itu diriwayatkan oleh orang-orang terpercaya dari Nabi saw, bukan sebaliknya,
maka disyaratkan hadis hasan itu bersih dari pertentangan periwayatan, karena
apabila bertentangan dengan riwayat yang terpercaya, maka hadis itu ditolak.
5.
Tidak
terdapat cacat (‘Illat).
‘Illat hadis, sebagaimana juga syadz hadis, dapat terjadi pada
matan, sanad, atau pada matan dan sanad sekaligus. Akan tetapi yang terbanyak,
‘illat hadis terjadi pada sanad.
Jadi, disamping terhindar dari syadz, maka hadis hasan juga
terhindar dari ‘illat.
C.
Macam-macam Hadits Hasan
Hadis hasan
terbagi kepada dua bagian, yaitu hasan li zatih dan hasan li gayrih.
Hasan li zatih adalah sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya,
yaitu hasan disebabkan karena matannya terkategori baik, tidak ada zadz
dan illat, namun salah satu periwayatnya ada yang kedhabithannya di
bawah dari hadis yang terkategori shahih. Atau mungkin saja bisa menjadi
disebut sahīh li ghayrih karena ia dikatrol atau ditopan oleh jalur
periwayatan hadis yang lain yang lebih kuat dari segi kualitas sanadnya
sehingga derajatnya juga turut meningkat.
Sementara hasan
li ghayrih adalah hadis yang pada asalnya tidak hasan kemudian meningkat
mencapai derajat hasan karena ada hadis lain yang mendukungnya. Hadis hasan li
ghayrih pada dasarnya adalah hadis da’īf, namun ia terangkat
derajatnya dikarenakan ada hadis lain yang mendukungnya. Seandainya tidak ada
yang mendukungnya, maka ia tetap menjadi hadis da’īf. Atau dengan kata
lain bahwa hadis itu da’īf disebabkan ia mursal atau tadlīs,
atau para periwayatnya yang jujur dan terpercaya itu lemah, atau dalam sanadnya
terdapat periwayat yang tertutup dan dia periwayat yang tidak pelupa dan tidak
punya banyak salah, serta tidak tertuduh berbuat dusta dan tidak pula termasuk
orang yang fasiq, dan hadis ditolong oleh periwayat-periwayat yang kenamaan
yang bekedudukan sebagai syahid atau mutābi’. Oleh karenanya,
hadis itu disebut hasan li ghayrih.
D.
Kehujjahan Hadits Hasan
Hukum hadis
hasan dalam hal fungsinya sebagai hujjah dan implementasinya adalah sama
seperti hadis sahīh. Hanya saja, jika terjadi pertentangan antara hadis sahīh
dengan hadis hasan, maka harus mendahulukan hadis sahīh, karena tingkat
kualitas hadis hasan berada di bawah hadis sahīh. Hal ini merupakan konsekuensi
logis dari dimensi kesempurnaan ke-dhabith-an para periwayat hadis hasan yang
tidak seoptimal kesempurnaan ke-dhabith-an para periwayat hadis sahīh.
Jadi, hadis
hasan, baik hasan li żātih maupun hasan li ghayrih, keduanya dapat dijadikan
sebagai hujjah sebagaimana hadis sahīh. Namun oleh Imam alBukhari tidak
mengenal hadis hasan, sebab baginya kalau bukan shahih, maka pasti dhaif, dan
jika dhaif tidak dapat dijadikan hujjah.
E.
Istilah-istilah dalam Hadits Hasan
Ada beberapa
istilah yang digunakan oleh para Ulama hadis dalam kaitannya dengan hadis
hasan, yaitu:
1.
احسن االساند , Ini merupakan istilah hadis hasan yang tertinggi martabatnya.
2.
هذا حديث حسن االسناد , Maksud dari istilah ini adalah hadis ini hanya sanadnya saja yang
hasan tidak sampai mencakup ke-hasan-an matannya, lebih rendah nilainya
daripada hadis yang dinilai dengan هذا حديث حسن .
3.
هذا حديث حسن صحيح , Ini merupakan istilah dari al-Tirmidzi yang mempunyai arti, antara
lain: Ibnu al-Salāh mengartikannya bahwa hadis itu mempunyai dua sanad, yaitu
sanad hasan dan sanad sahīh.
Pendapat lain mengatakan bahwa di
antara kedua kata tersebut terdapat huruf penghubung yang dibuang yaitu او (atau). Ibnu Hājar al- ‘Asqalāniy
dan Imam al-Suyutiy menjelaskan istilah tersebut dan berkata, apabila hadis itu
memiliki dua isnad atau lebih, maka artinya hasan menurut suatu isnad, dan
sahīh menurut isnad yang lain. Dan apabila memiliki satu isnad saja, maka artinya
adalah hasan menurut suatu kaum, dan sahīh menurut kaum yang lain.
4.
هذا حديث حسن غريب
Istilah al-Tirmiżiy ini sulit untuk
dimengerti, tetapi dalam hal ini sebagian Ulama yang mencoba menguraikannya,
misalnya ada yang mengatakan bahwa di antara kedua kata tersebut terdapat kata
penghubung yang dijatuhkan yaitu او (atau).
Sebagian lagi berpendapat bahwa
istilah tersebut mengandung arti hadis yang bagus maknanya. Dijelaskan pula
bahwa munculnya istilah hasan sahīh dan hasan garīb karena dihubungkan dengan keadaan
periwayatnya. Dikatakan sahīh atau hasan karena periwayatnya memenuhi kriteria
hadis sahīh atau hasan, dan dikatakan garīb karena diriwayatkan oleh seorang
yang tidak terkenal (garīb).
Lebih lanjut dikatakan bahwa
istilah-istilah yang dimunculkan alTirmidzi menandakan akan ketelitian,
kemampuan kedalaman serta kehalusan ilmu hadis yang dimilikinya, yang biasa
disebut dengan fann al-hadīś (seni dalam ilmu hadis).
5.
هذا حديث حسن جدا, Istilah ini diartikan dengan hadis yang maknanya sangat menarik
hati.
F.
Kedudukan Hadits Hasan
Menurut para ulama’ ahli hadits, bahwa
hadits hasan, baik hasan li dzatih maupun hasan
li ghairih, juga dapat dijadikan hujjah untuk menetapkan
suatu kepastian hukum, yang harus diamalkan. Hanya saja terdapat perbedaan
pandangan di antara mereka dalam soal penempatan rutbah atau
urutannya, yang disebabkan oleh kualitasnya masing-masing. Ada ulama’ yang
tetap mambedakan kualitas kehujjahan, baik antara shahih li
dzatih dan shahih li ghairih dengan hasan li
dzatih dan hasan li ghairih.
G.
Kitab-kitab Hadits Hasan
Diantara
kitab-kitab hadis yang memuat hadis hasan adalah sebagai berikut:
1.
Al Jami’
karya Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah al Tirmidzi (209 H-279 H).
Kitab masyhur
satu ini dikenal dengan nama Sunan at Tirmidzi yang dimana menjadi sumber
hadits hasan, bahkan Ibnu Shalah mengatakan “Kitab Abu Isa At Tirmidzi merupakan kitab
rujukan untuk mengetahui hadits hasan. Dan dialah orang pertama yang
menciptakan nama hadis hasan dan banyak menyebut nama itu dalam kitabnya”.
2.
Sunan
karya Abu Dawud Sulaiman bin al Asy’ats al Sijistani (202 H-273 H).
Didalamnya terdapat hadis
shahih, hasan, dan dha’if dengan dijelaskan kecacatannya. Hadis yang dijelaskan
kedha’ifannya dan tidak dinilai keshahihannya oleh para ulama dinilai hasan oleh
Abu Dawud.
3.
Al Mujtaba
karya Imam Abu Abdirrahman Ahmad bin Syu’aib al Nasa’i (215 H-303 H).
Kitab ini
lebih dikenal dengan sebutan Sunan an Nasa’i, dimana Imam an Nasa’i menyusunnya
dengan metodologi yang cukup unik dengan memadukan fikih dan kajian sanad serta
hadis hadisnya disusun berdasarkan bab-bab fikih.
4.
Sunan al
Mushthafa karya Ibnu Majah Muhammad bin Yazid al Qazwini (209 H-273 H).
Kitab ini diakui sebagai kitab
Sunan keempat serta merupakan pelengkap dari al kutub sittah yang sekarang menjadi
sumber pokok bagi sunnah nabawiyah. Meski sebelumnya para ulama mutaqaddimin
tidak memasukkan kitab ini sebagai kitab sumber.
5.
Al Musnad
karya Imam Ahmad bin Hanbal (164 H-241 H).
Kitab ini
disusun berdasarkan nama nama sahabat yang meriwayatkan hadis yang
bersangkutan, layaknya sistematika penyusunan kitab musnad, adapun jumlah hadis
yang terdapat dalam kitab kurang lebih 30.000 hadis Shahih, hasan dan dhaif.
6.
Al Musnad
karya Imam Abu Ya’la al Maushili Ahmad bin Ali bin al Mutsanna (210 H-307 H).
Musnad Abu Ya’la sendiri ada yang dikenal dengan kitab musnad yang besar dan adapula kitab musnad yang kecil. Dan kitab yang dibahas ini adalah kitab musnad yang besar (Musnad al Kabir)
0 komentar:
Trimakasih atas kunjungan anda.. Blog ini Dofollow) Silahkan menaruh kritik dan saran pada kotak komentar ini, asal tidak SPAM dan bagi yang mencantumkan link, akan terhapus otomatis.