Wednesday, June 20, 2012

Definisi Akhlak

Secara terminologi, akhlak artinya tingkah laku seseorang yang dibentuk oleh suatu keinginan secara sadar untuk melaksanakan suatu perbuatan yang baik. Akhlak adalah bentuk jamak dari kata dalam bahasa Arab, khuluk, artinya’perangai, tingkah laku, atau tabiat’. Ibnu Miskawih, Al G azali, dan Ahmad Amin, tiga pakar di bidang akhlak, mengatakan bahwa akhlak merupakan perangai yang ada pada diri seseorang dan dapat membentuk perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dulu. 

Definisi Akhlak

Kata akhlak dapat dimaknai sebagai suatu tingkah laku yang dilakukan secara berulang-ulang dan tidak hanya cukup sekali melakukan perbuatan baik atau hanya dilakukan sewaktu-waktu. Seseorang dianggap berakhlak jika muncul dengan sendirinya dan didorong oleh motivasi dari dalam diri sendiri. Selain itu, juga dilaksanakan tanpa banyak pertimbangan pemikiran, terlebih pertimbangan yang sering kali diulang sehingga terlihat sebagai keterpaksaan untuk berbuat. 
Cerminan dari akhlak bukanlah perbuatan yang dilakukan dengan terpaksa. Akhlak diakatakan sebagai ilmu akhlak yang memiliki arti sebagai studi bersifat sistematik mengenai tabiat dari pengertian nilai baik, buruk, dan sebagainya, terkait dengan prinsip umum serta dapat diterapkan dalam sesuatu. Selanjutnya, definisi tersebut dapat dikatakan sebagai filsafat moral.  

Syarat dan Sumber Akhlak

Jika seseorang ingin disebut berakhak, ada empat syarat yang harus ada, yaitu:
  1. perbuatan yang baik atau buruk;
  2. kemampuan melakukan perbuatan;
  3. kesadaran terhadap perbuatan tersebut; dan
  4. kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baik atau buruk.
Sementara itu, akhlak bersumber dari agama, sedangkan perangai memiliki pengertian sebagai suatu sifat dan watak bawaan seseorang. Pembentukan perangai ke arah yang baik atau arah buruk bergantung faktor dari dalam diri sendiri dan faktor dari luar, yaitu keadaan lingkungan sekitarnya. keluarga adalah lingkungan terkecil dan kepribadian seseorang akan terbentuk dari lingkungan keluarga. 
Akhlak dalam keluarga mencakup kewajiban orangtua, anak, dan karib kerabat. Islam mengajarkan agar para orangtua memperhatikan anak dengan sempurna dan dengan ajaran yang baik. Anak pun harus mencintai kedua orangtuanya karena orangtua lebih berhak untuk dicintai anaknya daripada manusia lainnya. 

Faktor Pembentuk Akhlak

Berbicara mengenai akhlak, akan mudah sekali dikatakan. Pada kenyataannya, akhlak yang diberikan melalui pembelajaran tidak seratus persen berhasil. Meskipun diajarkan, tidak bisa dikatakan keberhasilannya akan sempurna. Sering kali, hasil yang dicapai maksimal hanya bertumpu pada pengetahun tentang akhlak, bukan aplikasi akhlak. Oleh sebab itu, perlu diingat faktor yang sering kita lupakan pada pembentukan akhlak seseorang.

1. Tumbuh Kembang Seseorang Dimulai dari Keluarga

Jika dalam suatu keluarga tidak mengajarkan akhlak melalui contoh yang baik oleh orang tua, akan berdampak sulitnya pemberian pembelajaran akhlak pada seorang anak. Watak dan perilaku yang terbentuk dari keluarga tanpa akhlak inilah yang akan mendominasi akhlak seseorang selama hidupnya.
Sebagai contoh, mari kita ingat diri masing-masing, mungkin juga bisa kita pakai sebagai bahan renungan. Kita tentunya memiliki masa kecil yang beragam. Bagaimana orang tua membahagiakan kita, tentu kita ingat betul. Kita pun ingat betul bagaimana bapak atau ibu ketika bertengkar.
Kita juga sangat ingat kepada perintah dan amarah dari bapak dan ibu kita. Meski waktu sudah berlalu tahunan, perintah dan amarah itu seolah masih menjadi pegangan dan arahan dalam hidup kita sekarang ini. Tidak bisa dipungkiri, ketika kecil, kita dilarang bercakap dengan tetangga yang berambut panjang dan memiliki tato.
Sekali melanggar larangan itu, kita dimarahi habis-habisan. Tentunya, sampai sekarang kita akan melarang diri sendiri untuk bercengkrama dengan orang berambut panjang dan bertato. Seolah kita masih patuh terhadap perintah orang tua dan masih takut akan kemarahan mereka meskipun mereka telah tiada.

2. Lingkungan Sekitar Seseorang Tumbuh

Lingkungan yang dimaksud adalah kehidupan bersosial. Kehidupan sosial dengan aplikasi akhlak yang baik atau buruk, tentunya, sangat mendasari seseorang dalam kehidupan selanjutnya ketika ditanya mengenai akhlak. Tak bisa dielakkan sedikit pun bahwa ketika seorang anak merasa jenuh di dalam rumah, akan keluar rumah dan mencari teman bermain.
Lingkungan kehidupan sosial sekitar yang ditonton setiap hari ketika anak bermain inilah yang melekat dan sebagai bahan pendidikan anak di usia dini. Akhlak buruk akan terekam buruk yang kemungkinan nantinya akan dilakukan seperti itu pula. Sebaliknya, jika terekam akhlak yang baik, kemungkinan nantinya akan dilakukan akhlak baik pula.

3. Mempercayakan Pendidikan Anak ketika Tumbuh Menempa Akhlak

Di sekolah tertentu, akhlak tidak diajarkan. Bahkan, disepelekan. Tentu kita yang sadar mengenai pentingnya akhlak, tidak mau mempercayakan pendidikan anak di sekolah tersebut.
Biasanya, sekolah hanya mengedepankan pembelajaran yang mengedepankan kemampuan berpikir ilmu umum dan ahli di bidang-bidang umum yang dikehendaki. Berbeda jika kita mempercayakan seorang anak di lingkungan pendidikan yang mengedepankan akhlak. Minimal, seorang anak akan tahu tentang akhlak.
Meskipun belum bisa diharapkan hasil seketika, bisasanya pengetahuan itu akan diterapkan ketika sudah berada di masyarakat atau ketika dewasa. Misalnya, ada dua anak berusia sama. Yang satu berada di lingkungan sekolah yang mengedepankan pembelajaran keilmuan umum, yang satu mengedepankan pembentukan akhlak.
Jika kedua anak tersebut berawal dari keluarga dan lingkungan yang hampir sama, tentu kita akan tahu hasil pendidikan akhlak lima tahun mendatang. Meskipun sekarang kedua anak memiliki tingkah dan akhlak hampir sama dan sebagai teman akrab pula, beberapa tahun kemudian bisa kita lihat kehidupan anak yang pendidikannya hanya mengedepankan ilmu umum. Tentu akan berbeda dengan anak yang pendidikannnya mengedepankan karakter dan pembentukan akhlak.
Jika keadaan zaman sekarang akhlak dikatakan sangat merosot, itu benar. Jika dikembalikan kepada pendidikan dalam keluarga, tentunya sebagian besar orang tidak memberikan pendidikan akhlak, terutama kepada anak mereka. Bahkan, lebih parah lagi, dalam keluarga menyajikan “perang” yang sebenarnya tak pernah diharapkan.
Belum lagi, pengawasan yang sangat kurang karena lebih sering menitipkan anak kepada seseorang yang belum jelas kapasitasnya mengenai akhlak. Tanpa pengawasan yang jelas inilah seorang anak akan dididik oleh televisi dan lingkungan yang semrawut akhlaknya.
Tanpa filter pengawasan yang ketat dari keluarga, meski seorang anak disekolahkan ke tempat yang sangat mementingkan dan mengedepankan akhlak, seorang anak tetap saja mendominasi akhlak dari kehidupan keluarga dan lingkungan.

Akhlak Berkeluarga

Akhlak berkeluarga mencakup berbagai hal, seperti kewajiban orangtua, anak, dan karib kerabat. Di dalam Islam, kewajiban orangtua kepada anaknya adalah memperhatikan anak-anaknya dengan sempurna dan mengajarkan kebijakan. Dalam mengarahkan dan mendidik anak, para orangtua harus memiliki akhlak yang luhur, sikap lemah lembut, dan kasih sayang. Dengan begitu, si anak akan tumbuh secara sabar, mandiri, merasa memiliki harga diri, memiliki kehormatan, dan memiliki kemuliaan.
Akhlak anak kepada kedua orangtuanya adalah mencintai, taat, dan menghormati keduanya. Orangtua harus dihormati karena mereka telah memelihara, mengasuh, mendidik, menyekolahkan, mencintai kita sehingga kita menjadi orang yang baik, berguna, serta bahagia dunia dan akhirat.  

1 comment: